Siapa yang Dibela Gus Sholah?

Kalau kita ingin mencermati secara utuh trah Wahid Hasyim yang unik, anda harus mencermati Gus Sholah, tidak hanya Gus Dur saja. Dan Nahdlatul Ulama, pantas kehilangan besar meninggalnya Gus Sholah. Karena kita sulit menemukan rivalitas yang layak untuk PBNU, apalagi mengingat beliau adalah cucu Hadratussyekh Hasyim Asy’ari yang mumpuni. Dan “bersaing” pemikiran dengan struktural PBNU, tetap dengan sikap yang elegan dan cerdas hanya bisa dilakonkan oleh adik Gus Dur ini. Saya sulit menemukan tokoh sekaliber Gus Sholah untuk menandingi PBNU.

Tokoh unik biasa membuat kecele sebagian orang awam. Ketika beliau memutuskan menolak PKB, dan justru berdiri bersama dan mengakomodasi para ulama NU untuk mendirikan PKU (Partai Kebangkitan Umat). Kita akan gampang mengira Gus Sholah masih selalu ingin formalisasi dan simbolisasi politik Islam. Dia tetap teguh berpendapat NU seharusnya mendirikan partai Islam, bahkan jika mungkin seperti ayahnya sendiri bersama Mbah Wahab mendirikan Partai NU.

Yang ke PKU, jelas bukan pecinta PPP , hanya kecewa PKB tidak dijadikan Partai Islam apalagi Partai NU saja secara tegas. Mereka adalah pecinta NU lahir batin sehingga partai pun diinginkan mereka adalah Partai Islam dan Partainya Wong NU. Lambangnya mirip PKB yang dimiripkan dengan lambang NU.

Politik uang yang pernah beliau tentang sangat keras tentu masih ingat saat Muktamar NU 2015 di Jombang. Apa yang dibela? Mbah Hasyim Muzadi? Bukan. Dalam tahun berikutnya beliau tidak ikut nyengkuyung Jokowi sebagaimana Hasyim Muzadi yang kemudian menampakkan diri mendukung Jokowi, masuk dalam Watimpres. Gus Sholah tetap tidak bergeming, menjauhi politik yang bisa bertabur “uang” dan “fitnah”. Karena beliau tidak membela secara pribadi, pertimbangannya selalu bersumber pada pandangan dan penilaian murni.

Hingga menjelang akhir hayatnya, kita sangat memahami perjuangan Gus Sholah yang mengecam NU yang terlampau terseret dalam kepentingan politik. Dia Nampak kecewa keputusan Ma’ruf Amin yang seperti dipaksakan menjadi representative NU memilih kekuatan politik secara real mendampingi Jokowi. Dia ingin NU tetap berdiri di tengah-tengah dengan politik kebangsaan.

Untuk melawan itu, Gus Sholah membuka rahasia. Partai politik yang dicoblosnya pada tahun 2019 kepada Hidayat Nurwahid, adalah PKS. Dan seakan-akan dia ingin mengatakan memilih PKS temtu bukan karena latar belakang ideologi alasan utamanya.

Gus Sholah ingin memberikan nasihat tetapi tersirat. Karena jika terlalu gamblang, warga NU justru akan ditampilkan pada lebih banyak perdebatan, bukan pertukaran pikiran. Gus Sholah pribadi yang lembut dan yakin sebagaimana Gus Dur, bahwa yang paling penting adalah pesan murni bukan distorsi sebagaimana situasi politik yang terbangun seperti sekarang ini. Mungkin mengapa partai pilihannya PKS, karena dianggapnya ada sebagian kecil yang dianggap beliau benar apa yang diperjuangkan. Tidak sepenuhnya salah. Karena itu dia tidak perlu kampanye, dia hanya bilang setelah mencoblos. Anaknya sendiri, Gus Ipang, tetap di barisan Team Sukses Jokowi-Ma’ruf. Agar orang selalu tidak terjebak pada penilaian yang berlebihan dan menempatkan politik selalu dalam titik harga mati.

Dan perlu dicatat, hanya sedikit tokoh-tokoh NU yang mau terjun dalam urusan krusial dan penting sebagaimana Gus Sholah yang masuk ke KOMNAS HAM dan menjadi wakil ketuanya. Tidak hanya itu, beliau aktif memimpin TPF (Team Pencari Fakta) Kerusuhan Mei 1998, Kemudian Team Ad Hoc Pelanggaran HAM Berat Mei 1998.

Gus Sholah tetap istimewa. Semoga Allah merahmati dan menurunkan maghfiroh kepadamu. Selamat beristirahat, Gus!

H. Saptadi Nurfarid Mustasyar MWC NU Tarumajaya

Post Author: Administrator

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *