Kisah Halimah, Mendapat Berkah dari Cucu Abdul Muthalib

Oleh Agus Muhammad

Tradisi orang Arab ketika memiliki bayi adalah mencari wanita-wanita desa yang bisa menyusui anak-anaknya. Ada beberapa alasan mengapa hal ini menjadi tradisi orang Arab. Diantaranya agar bisa melafalkan bahasa Arab dengan fasih, menjauhkan anak-anak dari penyakit yang menjalar di daerah yang sudah maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, dan otot-ototnya kekar. 

Dikisahkan bahwa seorang wanita muda bernama Halimah dari Bani Sa’ad bersama suaminya Harist bin Abdul Uzza membawa anaknya yang masih disusui pergi dari tempat tinggalnya bersama beberapa wanita dari Bani Sa’ad. Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui agar mendapatkan upah.

Mereka pergi menunggangi keledai betina berwarna putih dan seokor unta tua yang tidak lagi mengeluarkan susunya sedikitpun. Sepanjang malam, dia tidak pernah tidur karena bayinya menangis kelaparan. Sedangkan air susu Halimah pun tidak bisa diharapkan banyak. Saat rombongan tiba di Mekah, Halimah langsung mencari bayi yang bisa disusui.

Setiap wanita dari rombogan Bani Sa’ad ditawari cucu dari Abdul Mutholib tapi menolaknya setelah mengetahui bahwa anak tersebut yatim.
Tidak heran mereka menolaknya karena yang diharapkan adalah imbalan yang cukup. Setiap wanita sudah mendapatkan bayi yang disusuinya kecuali Halimah.

Tatkala rombongan siap-siap untuk kembali, Halimah berkata pada suaminya, “Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku tanpa membawa seorang bayi yang disusui. Demi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya”.
“Memang ada baiknya jika engkau melakukan hal itu. Semoga saja Allah mendatangkan berkah bagi kita pada diri anak itu,” tutur suaminya.

Halimah mengambil bayi tersebut dan segera bergegas menghampiri hewan tunggangannya. Halimah merasakan sesuatu yang tidak biasa. Halimah tidak merasa terbebani dengan bayi yang digendongnya. Anak kandungnya dan bayi itu terlelap setelah kenyang menyedot air susunya.

Saat sang suami menghampiri onta tua, ternyata air susunya menjadi penuh dan mereka memerah serta meminumnya hingga kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa paling indah baginya setelah lama dalam kesusahan.


“Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh berkah,” kata suaminya.
Halimah pun menjawab, “Demi Allah, akupun berharap yang demikian”.
Semua barang bawaan dinaikkan di atas punggung keledai dan melakukan perjalanan jauh. Sehingga rekan dari rombongannya berkata, “Wahai putri Abu Dzu’aib, celaka engkau! Tunggulah kami! Bukankah ini dua keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita?”
“Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledaiku yang dulu,” kata Halimah.
“Demi Allah keledaimu itu kini bertambah perkasa,” kata mereka.      

Keberkahan terus meliputi Halimah sampai ia menjadi orang yang kaya. Unta dan kambingnya gemuk dan bertambah banyak. Halimah kini sudah lepas dari cacian-cacian tetangga.

Syaikh Ja’far Al-Barzanji berkata:
فأخصب عيشها بعد المحل قبل العشيةودرّثديها بدردرّ لبنه اليمين منهما ولبن الأخر أخاهواصبحت بعد الهزال والفقر غنيةوسمنت الشارف لديها والشياهوانجاب عن جانبها كلّ ملمّة ورزية وطرّز السعد برد عيشها الهنيّ ووشاه
(Dari kemiskinan itu semenjak menyusui Nabi Muhammad saw), penghidupannya berubah menjadi mudah dan luas rizkinya sebelum masuk waktu senja.

Kedua air susu Halimah sangat deras, yang kanan disusu oleh Nabi saw dan yang kiri disusu oleh saudara laki-lakinya (saudara susuan).

(dulu) Halimah sangat kurus dan miskin, sekarang berubah menjadi kaya. Unta-unta Halimah sangat gemuk dan kambing-kambingnya sangat banyak.

Sehingga cacian-cacian dari kanan-kiri tetangganya kini sudah musnah.


(semuanya karena berkah Nabi Muhamad saw), kehidupannya dihiasi dengan kecukupan dan kebahagiaan serta pujian dan penghargaan. 

Semoga kisah di atas menambah kecintaan kita kepada baginda besar Nabi Muhammad saw dengan terus membaca sholawat setiap hari agar kehidupan kita menjadi lebih berkah dan lepas dari kesulitan. Semoga kita benar-benar diakui sebagai ummatnya, kelak yang kita harapkan adalah syafaatnya di yaumil akhir nanti. Wallahua’lambishshowab.

Penulis adalah pengurus MWC NU Tarumajaya Alumni Pondok Pesantren Buntet Cirebon

Post Author: Administrator

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *