Pertemuan ke – 27, Kitab Ghaitsul Mawahib Al Aliyyah fi Syarhil Hikami Al ‘Athoiyah

Pertemuan ke – 27
Kitab Ghaitsul Mawahib Al Aliyyah fi Syarhil Hikami Al ‘Athoiyah
Syekh Abi Abdullah Muhammad bin Ibrahim bin ‘Abbad An Nafazi Ar Randi

Ranting NU Bogasari dan HMR
Selasa, 20 Oktober 2020

Oleh. Ahmad Lahmudin

لاَ تَتَرَقَّبْ فُرُوْغَ الْأَغْيَارِ , فَإِنَّ ذَلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجُوْدِ الْمُرَاقَبَةِ لَهُ فِيْمَا هُوَ مُقِيْمُكَ فِيْهِ

‘Wahai pendaki jalan Allah! Jangan engkau menunggu kosong dari sesuatu yang dapat mengotori hati. Sesungguhnya hal tersebut dapat mencegahmu dari adanya rasa takut kepada Allah. Padahal Allah telah menempatkanmu di tempat tersebut’

Apabila Allah Ta’ala telah menempatkan kepada seorang hamba pada maqam asbab (persoalan dunia yang dapat mengotori hati). Maka wajib baginya untuk menetapi tempat yang Allah telah tempatkan teruntuknya. Wajib baginya untuk berprilaku etis di tempatnya tersebut. Dirinya jangan menantikan waktu yang kedua, yakni waktu yang kosong dari persoalan dunia. Sesungguhnya pengharapan hamba kepada waktu yang kedua tersebut dapat mencegahnya untuk merealisasikan kewajibannya yang berada di waktu pertama. Maka pengharapannya tersebut telah menyalahi perintah yang dituntut kepadanya. Oleh karenanya, sepatutnya seseorang yang hendak menuju kepada Allah agar menjauhi hal tersebut.

Berkata Abu Hafs, Radiallahu ‘Anhu, “Pribadi yang betul-betul fakir (hatinya tidak butuh kecuali kepada Allah) adalah pribadi yang selalu menetapi waktu yang diberikan kepadanya. Apabila datang sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya di waktunya tersebut maka timbul ketidak sukaan dan rasa takutnya.”

Sahl bin Abdullah berkata, “Apabila malam telah membuatmu gelap. Maka janganlah engkau berkeinginan untuk datangnya siang. Hingga engkau selamat melewat malammu. Engkau laksanakan hak Allah di malam itu. Engkau nasehati dirimu. Demikian pula tatkala datang waktu subuh.”

Suatu ketika Sahl, Radiallahu ‘Anhu ditanya, “Kapan waktu istirahat bagi seorang fakir?” Sahl menjawab, “Ketika dia tidak melihat terkecuali waktu yang ada padanya!”

Imam Baghawi berkata di dalam tafsirnya ketika menafsiri firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Anbiya, ayat 35, وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ (Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan), yaitu الشِّدَة (bencana), الرَّخا (kesenangan), الصِّحَّة (kesehatan), السَّقَم (sakit), الغِنَى (kaya), dan الْفِقْر (fakir). Sebagan ulama menafsirkan ayat tersebut, بِما تُحِبُّوْنَ وَتُكْرِهُوْنَ , لِنَنْظُرَ شُكْرَكم فيما تُحِبُّون , وَصَبْرَكم فيما تُكْرِهُون (Kami menguji kamu dengan apa-apa yang kamu sukai dan tidak kamu sukai, agar Kami bisa melihat bersyukurnya kamu terhadap apa yang kamu sukai serta kesabaranmu terhadap sesuatu yang tidak kamu sukai).

Wa Allahu Al-Muwaffiq

Post Author: Administrator

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *