Pertemuan ke – 33, Kitab Ghaitsul Mawahib Al Aliyyah fi Syarhil Hikami Al ‘Athoiyah

Pertemuan ke – 33
Kitab Ghaitsul Mawahib Al Aliyyah fi Syarhil Hikami Al ‘Athoiyah
Syekh Abi Abdullah Muhammad bin Ibrahim bin ‘Abbad An Nafazi Ar Randi

Ranting NU Bogasari dan HMR
Selasa, 8 Desember 2020

Oleh. Ahmad Lahmudin

مَنْ أَشْرَقَتْ بِدَايَتُهُ أَشْرَقَتْ نِهَايَتُهُ

‘Barang siapa yang bersinar di saat perjalanannya maka akan bersinar di akhir perjalanannya’

Ini merupakan ungkapan lain yang selaras terhadap makna pada pertemuan yang lalu. Bersinar di saat perjalanan bagi seorang murid (yang berkeinginan menuju kepada Allah), yaitu dengan kembali kepada Allah Ta’ala di setiap perseolan pentingnya dan percaya kepada Allah di setiap musibah yang menimpanya. Sedangkan bersinar di akhir perjalanannya, yaitu sampainya seseorang hingga dekat kepada-Nya dan berada di hadapan-Nya.

مَا اسْتَوْدَعَ فِي غَيْبِ السّرائِرِ ظَهَرَ في شَهَادَةِ الظَّوَاهِرِ

‘Sesuatu yang tersimpan dalam hati yang tersembunyi maka akan tampak pada realitas yang terlihat’

Ini merupakan penjelasan tentang tanda untuk mengetahui keadaan seorang murid, yang melakukan perjalanan menuju Allah, yaitu berupa nilai tambah yang berlimpah dalam batinnya. Sebab zohir (realitas) merupakan cermin apa yang ada dalam hati. Sebagaimana dikatakan;

الْأَسِرَّةُ تَدُلُّ على السَّرِيْرَةِ, وما خَامَرَ القلوبَ فعَلَى الْوُجُوْهِ يَلُوْحُ أَثَرُهُ

‘Kegembiraan menunjukkan kepada rahasia yang tersimpan dalam hati. Sesuatu yang masuk ke dalam hati maka akan tampak berbekas di wajah’

Rahasia-rahasia yang Allah titipkan di hati berupa ma’rifat dan cahaya mesti terlihat efeknya terhadap anggota tubuh bagian luarnya. Maka akan ditunjukkan oleh bagian luarnya terhadap hatinya kepada seseorang yang hendak bersahabat dan berkumpulnya dengannya. Begitupun segala tujuan dan keinginan yang ditunjukkan oleh bagian luarnya.

Berkata Abu Hafs Radiallhu ‘Anhu berkata;

حُسْنُ أَدَبِ الظَّاهِرِ عُنْوانُ أَدَبِ البَاطِنِ

‘Keelokan adab bagian luar merupakan tanda adab bagian dalamnya (hati)’

Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

لَوْ خَشَعَ قَلْبُ هذا خشعتْ جًوارِحُهُ

‘Seandainya tunduk hati ini maka tunduk pula anggota tubuh yang lainnya’

Dikatakan, ketika Abu Hafs datang ke Irak. Berkunjung al-Junaid kepadanya. Al-Junaid melihat kepada para sahabat Abu Hafs berdiri seiring dengan berdirinya Abu Hafs. Mereka mengikuti setiap perintah Abu Hafs. Tidak ada seorangpun yang menyalahi apa yang diperintahnya. Al-Junaid berkata, “Wahai Abu Hafs, engkau telah mendidik para sahabatmu sebagaimana didikan para raja-raja!” Abu Hafs menjawab, “Tidak, wahai Abal Qosim. Akan tetapi, adab yang tampak di luar merupakan tanda adab yang di hati!”

Aku berkata, paling kokohnya hal tersebut adalah pengetahuan seorang murid kepada dirinya sendiri. Terdapat dalam dirinya berupa mata hati. Dia tidak akan tertipu oleh dugaan bahwa batinnya telah baik tanpa sisi luarnya. Barang siapa yang mengklaim dengan hatinya bahwa dirinya telah ma’rifat kepada Allah, telah menggapai cintanya Allah, sementara tidak tampak buah dan efek di kehidupan luarnya, berupa selalu mengingat Allah, bersegera mengikuti perintah-Nya, bergembira dengan perintah-Nya, merasa senang ketika yakin atas kehadiran Allah, lari dari hal-hal yang menyibukkan di luar Allah, serta berpaling segala perantara yang dapat menjauhkannya dari Allah. Jika mempunyai dugaan demikian maka ia telah dusta terhadap klaimnya tersebut. Dia telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Jika sifat-sifat yang tidak sesuai sudah menempel dalam kepribadiannya, dan zohirnya telah menyimpang dari jalan yang lurus, maka klaimnya tersebut lebih kuat dustanya. Keadaannya menuju kepada munafik dan syirik lebih dekat.

Berkata Abu Thalib al-Maki Radiallahu ‘Anhu; “Sungguh Allah Ta’ala telah menjadikan sifat orang-orang kafir, mereka ketika disebutkan nama Allah Yang Esa maka hati-hati mereka mengerut. Namun apabila disebutkan selain Allah maka menjadi gembira hati mereka. Allah jadikan sifat-sifat mereka, apabila disebutkan nama Allah untuk di-Esakan, agar disendirikan Allah dari segala sesuatu, maka meremehkan dan tidak menyukai itu. Namun apabila Allah disekutukan dengan selain-Nya maka merekapun membenarkannya. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 45;

وَاِذَا ذُكِرَ اللهُ وحدَهُ اشْمَئَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِيْنَ لا يُؤْمِنون بِاﻟﺂخِرةِ وَاذَا ذُكِرَ الذين مِنْ دُونِهِ اِذا هُمْ يَسْتبْشِرُونَ

‘Dan apabila yang disebut hanya nama Allah, kesal sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Namun apabila nama-nama sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba meteka menjadi bergembira’

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Gafir ayat 12;

ذلِكُمْ بِأنَّهُ اِذا دُعِيَ اللهُ وَحْدهُ كَفَرْتُمْ وَاِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا

‘Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu mengingkari apabila diseru untuk menyembah Allah saja. Dan jika Allah disekutukan, kamu percaya’.

Makna kufur adalah menutupi. Syirik berarti mencampur, maksudnya dicampur penyebutan nama Allah dengan selain-Nya. Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya;

فَالْحُكْمُ لِلهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ

‘Maka keputusan sekarang ini adalah pada Allah Yang Mahatinggi, Mahabesar’.
Maksud ayat tersebut, tidak boleh bagi makhluk menyekutukan hukum Allah. Karena sesungguhnya Allah Mahatinggi di dalam keagungan-Nya, Mahabesar di dalam kekuasan-Nya. Tidak ada kolega di dalam kekuasan-Nya dan pemberian-Nya. Tidak ada perbandingan kepada hamba-Nya. Makna yang terkandung dalam firman Allah tersebut adalah; Sesungguhnya orang-orang mukmin apabila disebutkan nama Allah dengan diesakan, disendirikan dari selain-Nya, maka menjadi lapang dada-dada mereka, luas hati mereka, dan mereka gembira untuk menyebut nama-Nya dan mengesakan-Nya. Apabila disebutkan perantara-perantara dan sebab-sebab selain-Nya, maka mereka tidak senang. Hati mereka terasa teramat kesal. Ini merupakan tanda yang benar. Maka ketahuilah tanda tersebut dari hatimu dan hati selainmu, agar kamu jadikan sebagai petunjuk untuk mengetahui hakekat tauhid di dalam hati, atau kamu dapat mengetahui adanya syirik yang samar di dalam hati jika kamu telah menggapai ma’rifat”

Wa Allahu Ta’ala Waliyyu at-Taufik

Post Author: Administrator

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *