
100 x Sahalawat Jelang Tidur …
Dikisahkan dari Fudhail bin Iyadh, dari Sufyan ats-Tsauri, dia berkata: Aku keluar untuk melaksanakan ibadah haji. Di tanah haram aku melihat seorang lelaki membaca shalawat di setiap tempat di tanah haram, saat tawaf di Baitullah, saat di Arafah, juga di Mina. Aku pun berkata kepadanya: “Wahai lelaki, di setiap tempat punya bacaannya masing-masing! Ada apa denganmu? Dirimu tidak sibuk dengan doa maupun shalat! Namun, engkau menyibukkan diri dengan shalawat kepada Nabi Alaihisshalatu Wassalam!” Lelaki itu pun berkata: “Aku punya kisah terkait shalawat!” Aku berkata kepadanya: “Ceritakanlah kisah itu kepadaku!” Ia memulai ceritanya: Saat itu aku meninggalkan Khurasan untuk berhaji ke Baitullah ini. Ikut serta pula ayahku. Tiba di Kufah, ayahku sakit, tidak lama kemudian ia meninggal dunia. Aku tutupi wajah ayahku dengan sehelai sarung. Ketika aku buka penutup wajahnya, aku melihat bentuk wajahnya menyerupai khimar. Dirimu teramat sedih menyaksikan itu. Dalam hati, aku berbisik: Bagaimana aku perlihatkan keadaan ini kepada manusia? Wajah ayahku berubah seperti ini? Sesaat aku pun tertidur, aku melihat dalam mimpiku seseorang yang berkilau datang kepadaku dengan menutupi wajahnya, dia berkata seraya membuka tutup wajahnya: Kesedihan mendalam apa yang menimpamu? Aku jawab: Bagaimana aku tidak bersedih dengan ujian ini? Lelaki itu kemudian pergi menuju ayahku. Lalu diusap wajah ayahku. Tidak lama kemudian wajah ayahku pun pulih seperti sedia kala. Aku mendekati ayahku, aku buka penutup wajahnya. Aku lihat wajahnya. Seketika, wajahnya laksana bulan purnama. Aku pun berkata kepada lelaki yang telah menyembuhkannya: Siapakah engkau? Dia menjawab: Aku Al-Mushtofa (Muhammad)! Aku pegang erat ujung selendangnya, seraya berkata: Demi Allah, ceritakanlah apa yang sedang menimpa ayahku! Beliau bersabda: Ayahmu pemakan barang riba. Hukuman Allah bagi pemakan riba dijadikan bentuknya seperti khimar, boleh jadi di dunia atau nanti di kehidupan akhirat. Allah telah menjadikan ayahmu seperti itu saat di dunia. Dan ayahmu semasa hidupnya senantiasa membaca shalawat kepadaku menjelang tidurnya sebanyak seratus kali. Saat musibah ini menimpanya, datang malaikat memperlihatkan amal-amal hambaku. Malaikat pun memberitahukan perihal ayahmu. Aku pun memohon kepada Allah Ta’ala, maka Allah memberi syafa’at kepadaku untuk diberikan kepadanya!” (Hal. 166)