Pengajian Kitab Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratul ‘Ain (ke- 10)

Pengajian kitab Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratul ‘Ain (ke- 10)
Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari

Ranting NU Bogasari dan HMR
Sabtu, 10 Oktober 2020

Oleh. Ahmad Lahmudin

وَفُرُوْضُهُ سِتَّةٌ
Fardhu-fardhunya wudhu yaitu enam

-و -ثالثها (غسل يديه) من كفيه وذراعيه (بكل مرفق) ﻟﻟﺂية ويجب غسل جميع ما فى محل الفرض من شعر وظفر وإن طال

Fardhu wudhu yang ketiga adalah mengalirkan air kepada dua tangan, dimulai dari telapak tangan hingga lengan tangan beserta siku, berdasarkan Al-Qur’an, surat Al-Maidah, ayat 6, وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ (dan basuhlah kedua tanganmu sampai ke siku). Wajib membasuh seluruh apa-apa yang berada di tempat kewajiban membasuh, baik rambut maupun kuku, meskipun panjang.

-فرع- لو نسي لمعة فانغسلت فى تثليث أو إعادة وضوء لنسيان له لا تجديد واحتياط أجزأه

(Cabang/Sub bagian) Seandainya orang yang berwudu lupa kepada suatu tempat yang tidak terkena oleh air, kemudian tempat tersebut terbasuh pada basuhan kedua atau ketiga, atau lupa pada saat wudhu yang pertama kepada suatu tempat yang tidak terkena oleh air kemudian tempat tersebut terbasuh pada saat mengulangi wudhu yang kedua, maka basuhan tersebut dianggap mencukupi. Berbeda bila basuhan tersebut terjadi pada wudhu yang diperbaharui atau wudhu yang dilatarbelakangi oleh kehati-hatian sebab hadas maka basuhannya itu tidak dapat mencukupi.

-و- رابعها (مسح بعض رأسه) كالنزعة والبياض الذي وراء الأذن بشر أو شعر فى حده ولو بعض شعرة واحدة ﻟﻟﺂية قال البغوي ينبغي أن لا يجزئ أقل من قدر الناصية وهى ما بين النزعتين ﻟﺂنه صلى الله عليه وسلم لم يمسح أقل منها وهو رواية عن أبي حنيفة رحمه الله تعالى والمشهور عنه وجوب مسح الربع

Fardhu wudhu yang keempat yaitu mengusap sebagian kepala, seperti tempat dari kedua sisi dahi yang tak berambut dan yang berwarna putih yang berada di belakang telinga. Yang dimaksud kepala adalah kulit atau rambut yang berada dalam batas kepala, meskipun yang diusap sebagian dari satu rambut kepala, berdasarkan Al-Qur’an, surat Al-Maidah, ayat 6, وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ (dan usaplah kepala kalian). Imam Al-Baghawi berkata, sepatutnya untuk tidak mencukupkan kurang dari mengusap rambut depan kepala yang berada dari kedua sisi dahi. Sebab Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengusap kurang dari ukuran tersebut. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hanifah Rahimahullahu Ta’ala. Masyhur dari Abu Hanifah kepada wajib mengusap seperempat kepala.

-و- خامسها (غسل رجليه بكل كعب) من كل رجل ﻟﻟﺂية أو مسح خفيهما بشروطها ويجب غسل باطن ثقب وشق

Fardhu wudhu yang kelima yaitu membasuh dua kaki hingga mata kaki, berdasarkan Al-Qur’an, surat Al-Maidah, ayat 6, وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِ (dan basuhlah kedua kakimu hingga mata kaki). Atau mengusap dua sepatu dengan syarat kedua sepatu dipakai saat kondisi seseorang telah suci, sepatunya juga suci dan kuat untuk digunakan melakukan perjalanan serta dapat menutupi anggota kaki yang wajib dibasuh. Wajib membasuh bagian dalam kaki yang berlubang dan yang pecah-pecah.

-فرع- لو دخلت شوكة فى رجله وظهر بعضها وجب قلعها وغسل محلها لأنها صار فى حكم الظاهر فإن استترت كلها صارت فى حكم الباطن فيصح وضوؤه ولو تنفط فى رجل أو غيره لم يجب غسل باطنه ما لم يتشقق فإن تشقق وجب غسل باطنه ما لم يرتتق

(Sub bagian) Seandainya kaki seseorang dimasuki duri dan masih terlihat sebagian duri tersebut maka wajib untuk mencabutnya serta membasuh tempat yang dimasuki oleh duri, sebab dihukumi bagian luar. Bila seluruh duri telah tertutup maka duri tersebut dihukumi termasuk bagian dalam. Wudhunya dianggap sah meskipun duri berada di dalam kaki. Seandainya tampak bagi orang yang berwudhu di kaki atau di tempat lainnya sesuatu yang melepuh yang mengandung air maka tidak wajib membasuh bagian dalamnya selama tidak pecah. Bila pecah maka wajib membasuh bagian dalamnya selama belum merapat/melekat.

-تنبيه- ذكروا فى الغسل أنه يعفى عن باطن عقد الشعر أى إذا انعقد بنفسه وألحق بها من ابتلي بنحو طبوع لصق بأصول شعره حتى منع وصول الماء إليها ولم يمكن إزالته وقد صرح شيخ شيوخنا زكريا الأنصاري بأنه لا يلحق بها بل عليه التيمم لكن قال تلميذه شيخنا والذي يتجه العفو للضرورة

(Perhatian/Peringatan) Mereka (para ulama fiqih) menyebutkan tentang masalah membasuh. Sesungguhnya, ditolerir (tidak wajib membasuh) bagian dalam rambut yang terikat dengan sendirinya. Disamakan dengan rambut yang terikat dengan sendirinya yaitu seseorang yang di pangkal rambutnya terdapat kutu rambut sehingga mencegah masuknya air dan tidak mungkin untuk menghilangkannya. Guru para gurunya kami, Syekh Zakaria al-Anshari menegaskan bahwa hal tersebut tidak bisa diqiyaskan, bahkan wajib orang tersebut untuk bertayammum. Namun, murid dari Syekh Zakaria al-Anshari, yaitu Syekh Ibnu Hajar berkata, pendapat yang diunggulkan adalah ditolerir sebab dharurat.

(و) سادسها (ترتيب) كما ذكر من تقديم غسل الوجه فاليدين فالرأس فالرجلين للاتباع ولو انغمس محدث ولو فى ماء قليل بنية معتبرة مما مر أجزأه عن الوضوء ولو لم يمكث فى لانغماس زمنا يمكن فيه الترتيب نعم لو اغتسل بنيته فيشترط فيه الترتيب حقيقة ولا يضر نسيان لمعة أو لمع فى غير أعضاء الوضوء بل لو كان على ما عدا أعضاءه مانع كشمع لم يضر كما استظهره شيخنا ولو أحدث وأجنب أجزأه الغسل عنهما بنيته ولا يجب تيقن عموم الماء جميع العضو بل يكفى غلبة الظن به.

Fardhu wudhu yang keenam yaitu tertib, sebagaimana yang telah disebutkan, dari mendahului membasuh muka lalu kedua tangan kemudian mengusap kepala lalu kedua kaki, karena mengikuti terhadap apa yang telah dilakukan oleh Nabi. Seandainya orang yang berhadas menyelam dalam air meskipun kadar kemutlakan air tersebut sedikit dengan niat yang telah diungkapkan di muka maka hal tersebut dianggap mencukupi di dalam berwudhu, meskipun waktu menyelamnya hanya sesaat yang tidak mencukupi bila dilakukan tertib wudhu. Seandainya seseorang mandi dengan menyiramkan air ke anggota wudhu disertai dengan niat menghilangkan hadas kecil maka disyaratkan adanya tertib. Tidak menjadi persoalan bagi wudhunya seseorang yang lupa terhadap tempat-tempat yang tidak terkena air yang berada di luar angota wudhu. Bahkan bila saja ada penghalang masuknya air kepada selain anggota wudhu semisal lilin maka hal tersebut tidak menjadikan persoalan bagi sahnya wudhu, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Syaikhuna, Ibnu Hajar. Seandainya seseorang secara bersamaan mempunyai hadas kecil dan hadas besar maka cukup baginya hanya mandi dengan niat menghilangkan hadas besar. Tidak wajib untuk meyakini meratanya air ke seluruh anggota tubuh, baik ketika wudhu atau mandi. Cukup dengan dugaan yang kuat bahwa air telah merata.

Wa Allahu A’lam bi Shawab ..

Post Author: Administrator

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *