Pengajian kitab Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratul ‘Ain (ke- 37) Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari

Ranting NU Bogasari dan HMR
Sabtu, 26 Juni 2021

Oleh. Ahmad Lahmudin

ومخارجها – أى الحروف كمخرج ضاد وغيرها فلو أبدل قادر أو من أمكنه التعلم حرفا بأخر ولو ضادا بظاء أو لحن لحنا يغير المعنى ككسر تاء انعمت أو ضمها وكسر كاف إياك لا ضمها فإن تعمد ذلك وعلم تحريمه بطلت صلاته وإلا فقراءته نعم إن أعاده على الصواب قبل طول الفصل كمل عليها أما عاجز لم يمكنه التعلم فلا تبطل قراءته مطلقا وكذا لاحن لحنا لا يغير المعنى كفتح دال نعبد لكنه إن تعمد حرم وإلا كره

Makhraj-makhraj di dalam surat al-Fatihah juga harus diperhatikan, seperti makhraj huruf dhod dan yang lainnya. Seandainya mengganti seseorang yang mampu mengucapkan huruf sesuai dengan makhrajnya atau tidak mampu tapi memungkinkan baginya untuk belajar, dengan huruf yang lain, meskipun yang diganti adalah huruf dhod dengan huruf dzo, atau membaca dengan keliru sehingga merubah kepada maknanya, seperti membaca kasrah atau dhomah kepada huruf ta yang terdapat dalam kalimat أَنْعَمْتَ , atau membaca kasrah huruf kaf yang ada pada kalimat إِيَّاكَ , tidak menjadi persoalan bila diganti dengan harkat dhommah huruf kaf yang ada pada kalimat إِيَّاكَ . Bila pergantian tersebut dilakukan dengan sengaja dan ia mengetahui hal tersebut adalah haram dilakukan maka shalatnya dianggap batal. Bila ia mengetahui hal tersebut adalah haram dan dilakukan tanpa disengaja maka yang batal hanya bacaannya saja. Iya demikian, bila saja seseorang yang keliru bacaannya atau mengganti tanpa disengaja kemudian mengulanginya dengan benar sebelum lama waktu yang terpisah maka ia dianggap telah menyempurnakan bacaan al-Fatihanya. Adapun seseorang yang tidak mampu dan tidak mungkin untuk mempelajarinya maka tidak batal bacaannya secara mutlak (mengetahui dengan sengaja maupun tidak). Demikian pula tidak batal bagi bacaan yang keliru yang tidak merubah kepada makna, seperti membaca fathah huruf dal pada kalimat نَعْبُدُ , namun bila di sengaja maka haram hukumnya, dan bila tidak di sengaja dihukumi makruh.

ووقع خلاف بين المتقدمين والمتأخرين فى الهمد لله بالهاء وفى النطق بالقاف المترددة بينها وبين الكاف وجزم شيخنا فى شرح المنهاج بالبطلان فيهما إلا إن تعذر عليه التعلم قبل خروج الوقت لكن جزم بالصحة فى الثانية شيخه زكريا وفى الأولى القاضى وابن الرفعة

Terjadi perbedaan pendapat di antara kalangan ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin tentang bacaan اَلْهَمْدُ لِلّه , dengan menggunakan ha besar, dan kemungkinan kesamaan pengucapkan antara huruf qaf dan huruf kaf. Ditegaskan oleh Syeikhuna, Ibnu Hajar al-Haitami dalam syarah al-Minhaj bahwa kedua masalah tersebut dapat membatalkan shalat, terkecuali jika ada uzur (tidak dapat) mempelajarinya sebelum keluar waktu shalat. Namun menurut guru dari Ibnu Hajar al-Haitami, yaitu Zakaria al-Anshari pada masalah yang kedua secara tegas dikatakan sah shalatnya. Sementara Al-Qadhi al-Jurjani dan Ibnu ar-Rif’ah berpendapat sah shalatnya pada masalah yang pertama.

ولو خفف قادر أوعاجز مقصر مشددا كأن قرأ ال رحمن بفك الإدغام بطلت صلاته إن تعمد وعلم وإلا فقراءته لتلك الكلمة ولو خفف إياك عامدا عالما معناه كفر لأنه ضوء الشمش وإلا سجد للسهو ولو شدد مخففا صح ويحرم تعمده كوقفة لطيفة بين السين والتاء من نستعين.

Apabila membaca ringan (tidak bertasydid) orang yang mampu atau tidak mampu yang menganggap remeh persoalan, kepada huruf yang terdapat tasydid, seperti membaca اَلْ رَحْمن , dengan tidak diidgham maka menjadi batal shalatnya, jika di sengaja dan mengetahui maknanya. Jika tidak disengaja dan tidak mengetahui (lupa serta tidak mengetahui maknanya, disengaja namun tidak mengetahui maknanya, dan mengetahui maknanya namun tidak disengaja) maka yang menjadi batal adalah bacaan kalimat tersebut. Seandainya dibaca ringan kalimat إِيَّاكَ dengan disengaja dan mengetahui maknanya maka ia telah menjadi kafir, sebab maknanya adalah cahaya matahari. Jika tidak disengaja dan tidak mengetahui maknanya maka cukup baginya dengan sujud sahwi. Apabila diberi tasydid kepada huruf yang tidak bertasydid maka bacaan huruf tersebut dianggap sah, namun dianggap perbuatan yang buruk, seperti dibaca tasydid huruf kaf pada kalimat إِيَّاكَّ . Haram hukumnya ketika hal tersebut disengaja, sebagiaman juga menaruh waqaf (berhenti) sedikit di antara huruf sin dan ta pada kalimat نَسْتَعِيْنُ .

Wa Allahu A’lam bi Shawab ..

Post Author: Administrator

1 thought on “Pengajian kitab Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratul ‘Ain (ke- 37) Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari

    MUHAJIRIN TOHIR

    (27 June 2021 - 19:49)

    Sekedar usul, kalo bisa pengajian rutin Fathul Mu’in dibuatkan live YouTube, jadi bisa dijangkau oleh nahdhiyin diluar Bekasi sekaligus bentuk dukungan NU melawan konten2 kelompok Wahabi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *