Pengajian kitab Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratul ‘Ain (ke- 49)
Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari

Pengajian kitab Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratul ‘Ain (ke- 49)
Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari

Ranting NU Bogasari dan HMR
Sabtu, 23 Oktober 2021
Oleh. Ahmad Lahmudin
و – سابعها (سجود مرتين) كل ركعة (على غير محمول) له (وإن تح بحركته) ولو نحو سرير يتحرك بحركته لأنه ليس بمحمول له فلا يضر السجود عليه كما إذا سجد على محمول يتحرك بحركته كطرف من ردائه الطويل وخرج بقولي على غير محمول له ما لو سجد على محمول يتحرك بحركته كطرف من عمامته فلا يصح فإن سجد عليه بطلت الصلاة إن تعمد وعلم تحريمه وإلا أعاد السجود ويصح على يد غيره وعلى نحو منديل بيده لأنه فى حكم المنفصل ولو سجد على شيء فالتصق بجبهته صح ووجب إزالته للسجود الثاني.

Rukun shalat yang keenam, yaitu sujud sebanyak dua kali pada setiap rakaat shalat, di atas sesuatu yang tidak dibawa oleh orang yang shalat, meskipun sesuatu yang tidak dibawa tersebut bergerak dengan sebab gerakannya. Meskipun pula sujud pada seumpama tempat tidur yang bergerak sebab gerakan orang yang shalat, sebab hal tersebut tidak termasuk sesuatu yang dibawanya, maka sujudnya tidak bermasalah, sebagaimana apabila dia sujud pada sesuatu yang dibawanya yang tidak bergerak dengan gerakannya, seperti ujung selendangnya yang panjang. Keluar dari ucapanku ‘di atas selain sesuatu yang dibawanya’, yaitu sesuatu yang apabila dia sujud pada sesuatu yang dibawanya kemudian bergerak sebab gerakannya, seperti ujung serbannya, maka tidak sah sujudnya. Apabila dia bersujud di atas serbannya tersebut maka shalatnya dianggap batal, jika dia sengaja dan mengetahui kepada keharaman tersebut. Jika dia tidak sengaja dan tidak mengetahui keharaman hal tersebut maka wajib mengulangi sujudnya. Sah sujud yang dilakukan di atas tangan orang lain, juga pada seumpama sapu tangan yang berada di tangannya, sebab dihukumi sebagai benda yang terpisah. Seandainya seseorang sujud di atas sesuatu kemudian menempel di dahinya, maka sujudnya di anggap sah dan wajib menghilangkannya pada sujud yang kedua.

مع تنكيس – بأن ترتفع عجيزته وما حولها على رأسه ومنكبيه للاتباع فلو انعكس أو تساويا لم يجزئه نعم إن كان به علة لا يمكنه معها السجود إلا كذلك أجزأه.

Sujud wajib disertai dengan menundukkan. Dengan cara dinaikkan pantat dan anggota di sekitarnya dari kepala dan dua pundaknya, karena mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi. Seandainya lebih tinggi kepala dan dua pundaknya dari pantatnya atau posisinya sejajar, maka tidak dianggap cukup sujudnya. Namun, jika terdapat penyakit yang tidak memungkinkan sujud terkecuali dalam posisi lebih tinggi atau sejajar dari pantatnya, maka sujud yang demikian dianggap mencukupi.

بوضع بعض جبهته بكشف – أى مع كشف فإن كان عليها حائل كعصابة لم يصح إلا أن يكون لجراحة وشق عليه إزالته مشقة شديدة فيصح.

Dalam sujud wajib pula meletakkan sebagian dahinya secara terbuka. Jika pada dahi terdapat penghalang, seperti perban maka tidak sah sujudnya. Terkecuali jika adanya penghalang disebabkan oleh penyakit sehingga penghalang teramat sulit untuk bisa dilepas, maka sujudnya dianggap sah.

و – مع (تحامل) بجبهته فقط على مصلاه بأن يناله ثقل رأسه خلافا للإمام (و) وضع بعض (ركبتيه و) بعض (بطن كفيه) من الراحة وبطون الأصابع (و) بعض بطن (أصابع قدميه) دون ما عدا ذلك كالحرف وأطراف الأصابع وظهرها ولو قطعت أصابع قدميه وقدر على وضع شيئ من بطنهما لم يجب كما اقتضاه كلام الشيخين ولا يجب التحامل عليها بل يسن ككشف غير الركبتين.

Di samping itu wajib juga menekan dahinya ke tempat sujud. Penekanan dahi ke tempat sujud bisa tergambarkan apabila didapatkan rasa berat pada kepalanya. Berbeda dengan Imam Haramain yang berpendapat tidak ada kewajiban untuk menekan dahi ke tempat sujud. Juga harus meletakkan sebagian dua lututnya ke tempat sujud. Begitupun sebagian bagian dalam telapak tangan beserta bagian dalam jari-jari tangannya. Juga sebagian bagian dalam jari-jari kedua kakinya. Tidak diwajibkan kepada selain anggota tubuh yang telah disebutkan, seperti bagian pinggir, ujung jari, dan bagian luarnya. Seandainya terputus jari-jari kedua kakinya, sementara dia mampu meletakkan bagian dalam kedua kakinya, maka tidak ada kewajiban baginya meletakkan bagian dalam kedua kakinya. Tidak ada kewajiban meletakkan bagian dalam kedua kakinya tersebut sesuai dengan pendapat Imam Rofi’i dan Imam Nawawi. Tidak wajib menekan pada selain dahi, namun hanya disunahkan, sebagaimana sunah untuk membuka anggota selain dua lututnya.
Wa Allahu A’lam bi Shawab ..

Post Author: Apip Rahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *