Guru Marzuki Cipinang Muara, Mahaguru Para Ulama Betawi

Guru Marzuki Cipinang Muara, Mahaguru Para Ulama Betawi
KH Ahmad Marzuki bin Mirsod bin Hasnum bin Khatib Sa’ad bin Abdurrahman bin Sultan Ahmad al-Fathani dengan gelar Laqsana Malayang alias Guru Marzuki (1877-1934 M)
Secara biologis, Guru Marzuki mempunyai keturunan yang berasal dari bangsawan Melayu Pattani, sebagaimana nasab melalui ayahnya sampai kepada Sultan Laqsana Malayang, salah seorang sultan Melayu di Negeri Pattani Thailand Selatan. Sedangkan ibunya, Hajjah Fatimah binti Syihabuddin bin Magrabi al-Maduri berasal dari pulau Madura dan keturunan Maulana Ishaq, Gresik Jawa Timur.
Pada umur 16 tahun, Guru Marzuki diserahkan kepada ulama keturunan Arab bernama Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan. Tidak lama setelah itu di tahun 1907/08 beliau pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu, dan kembali ke Jakarta pada 1913/14 M.
Di antara guru-guru beliau ketika di Makkah antara lain adalah Syekh Usman al-Sarawaqi, Syekh Muhammad Ali al-Maliki, Syekh Muhammad Amin, Sayyid Ahmad Ridwan, Syekh Hasbullah al-Misri, Syekh Mahfuz al-Termasi, Syekh Salih Bafadhal, Syekh Abdul Karim, Syekh Muhammad Sa’id al-Yamani, Syekh Umar bin Abu Bakar Bajunayd, Syekh Mukhtar bin ‘Atarid, Syekh Khatib al-Minangkabawi, Syekh al-Sayyid Muhammad Yasin al-Basyumi, Syekh Marzuki al-Bantani, Syekh Umar Sumbawa, Syekh Umar Syatha, dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.
Guru Marzuki juga memperoleh ijazah tasawuf yakni tarekat Alawiyyah dari Syekh Umar Syatha, yang diambil dari jalur silsilah Syekh Ahmad Zaini Dahlan. Selain tarekat Alawiyyah, beliau juga mendapat ijazah tarekat Khalwatiyah dari Syekh Usman bin Hasan al-Dimyati.
Setidaknya ada 70 murid yang pernah belajar kepada Guru Marzuki yang kemudian menjadi ulama, sehingga tidak heran bila beliau dijuluki sebagai “guru ulama Betawi”.
Di antaranya adalah Muallim Thabrani Paseban (kakek dari KH Maulana Kamal Yusuf), KH Abdullah Syafii (pendiri perguruan Asy-Syafi’iyyah), KH Thohir Rohili (pendiri perguruan Ath-Thahiriyyah), KH Noer Alie (pahlawan nasional, pendiri perguruan At-Taqwa, Bekasi), KH Achmad Mursyidi (pendiri perguruan Al-Falah), KH Hasbiyallah (pendiri perguruan Al-Wathoniyah), KH Ahmad Zayadi Muhajir (pendiri perguruan Az-Ziyadah), Guru Asmat (Cakung), KH Mahmud (pendiri Yayasan Perguruan Islam Almamur/Yapima, Bekasi), KH Muchtar Thabrani (pendiri YPI Annuur, Bekasi), KH Chalid Damat (pendiri perguruan Al-Khalidiyah), dan KH Ali Syibromalisi (pendiri perguruan Darussa’adah dan mantan ketua Yayasan Baitul Mughni, Kuningan, Jakarta).
Guru Marzuki adalah tokoh kiai Betawi generasi pertama yang mendukung berdirinya Nahdlatul Ulama di Batavia pada tahun 1928. Tidak hanya itu, beliau juga bertindak sebagai Rais Syuriahnya sampai wafat. Hubungan Guru Marzuki dengan NU pun semakin erat ketika cucunya KH Umairah Baqir menikah dengan adik kandung KH Idham Chalid (Disalin dari Ahmad Rifaldi, NU Online dan Republika.co.id)

Post Author: Apip Rahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *